Wednesday, March 23, 2022

Perayaan Rasa

Sayup-sayup ku dengar suara hentakan kaki di atas aspal. Kaki itu berjalan tidak seperti biasanya, tidak terdengar irama yang bergairah namun juga tidak lunglai. Masih cukup kuat untuk membawanya hingga ke destinasi akhir. Jalurnya cukup panjang, seperti jalan yang tak berujung. Ia sedang tidak mencari ujung jalan, namun jalur yang tepat untuk dilalui.

Kedua kaki itu mulai lelah, mereka berhenti. Bukan karena tidak kuat, tapi kedua kaki itu butuh waktu untuk beristirahat demi melanjutkan perjalanan yang masih panjang. Dalam misi pencarian jalur yang tepat. Samar-samar ku dengar tubuh yang berbisik, mengisyaratakan sesuatu. 

Dalam hening aku membiarkan perasaan ini hanyut bersama hujan yang turun.
Hujan sepertinya lega sekali bisa menumpahkan perasaannya dengan leluasa. Aku ingin seperti hujan, pikirku. Tapi bagaimana? Aku bahkan tidak mengerti dengan isyarat yang dibisikan oleh tubuh. Perasaan apa itu?

Seperti sesak, tapi aku masih bisa bernafas.
Seperti sedih, tapi aku masih bisa tersenyum.
Seperti marah, tapi aku masih bisa bersabar.
Seperti kecewa, tapi aku masih bisa memaafkan.
Seperti luka, tapi aku masih bisa mengobatinya.
Lantas, perasaan apa ini?

Erat-erat hati ini ku peluk, agar ia bisa kembali merasa.
Pelan-pelan ku berbisik, "manusia itu makhluk perasa, rayakanlah setiap perasaan yang ada. Rayakan rasa sedih, kecewa, marah, luka serta bahagia. Tidak apa-apa, setiap manusia berhak untuk merayakan setiap perasaan yang hadir."

Tuhan Tidak Pernah Bercanda

Ia tidak pernah bercanda pada setiap tetes doa yang dijatuhkan.
Ia tidak pernah bercanda pada setiap harapan yang ditiupkan melalui angin.
Ia tidak pernah bercanda dalam menempatkan setiap kata yang berbaris.

Ia tidak pernah bercanda.

Ia tahu kapan doa itu dijatuhkan agar tertangkap baik oleh penerimanya.
Ia tahu kapan harapan itu diwujudkan.
Ia tahun kapan untuk memerintahkan kata demi kata itu berjalan.

Ia tahu. Ia tidak pernah bercanda.

Tuhan tidak pernah bercanda.

Saturday, March 19, 2022

Kepala yang Riuh

Suara di kepala terlalu ramai, seperti puluhan orang yang sedang berteriak di pasar malam. Saling menghayut dengan suara mesin dari tiap wahana yang sedang berputar, silih berganti. Aku, seperti jarum dalam jerami, tidak terlihat. Atau, sulit untuk ditemukan?

Suara semakin riuh, bukan karena mereka bertepuk tangan, tetapi karena suara yang saling sahut-menyahut, hingga mereka lelah. 


Setiap teriakan yang terdengar mengandung arti. Ada yang ingin melepas penat, melepas rasa takut, atau sekadar melepas beban yang bertumpuk dipundak. Berharap setiap teriakan yang keluar bisa bantu meringankan.


Tidak ada usaha yang sia-sia, katanya.

Ketika hidup terus berputar, maka suara itu akan tetap ada. Entah akan selalu ramai atau ikut tenggelam dengan matahari.


Malam datang tidak seperti biasa. Terasa lebih lama, tidak ada warna oranye, apalagi merah muda-keunguan. Matahari tenggelam bersama langit gelapnya.


Terdengar matahari membisik sebelum ia benar-benar tenggelam. Bisikan yang penuh harap.


Esok akan baik-baik saja, katanya.

Thursday, October 28, 2021

Baik-baiklah, Semesta

Dari angin, aku mendengar tawa berirama merdu.
Dari matahari, aku merasakan pelukan hangat penuh kasih.
Dari hujan, aku mencium harumnya doa.
Dari pelangi, aku melihat kebahagiaan.
Dari langit, aku menyusun harapan.

Harapan agar semesta baik-baik saja.
Harapan agar semesta kembali ramai.
Harapan agar semesta kembali ramah.
Harapan agar semesta.....

Tunggu!
Bukan, bukan semesta.

Aku.


Wednesday, May 13, 2020

Berkenalan Dengan Hiperprolaktinemia

Apa itu Hiperprolaktinemia?

Mengutip Alodokter.com, Hiperprolaktinemia adalah kondisi ketika kadar hormon prolaktin dalam darah menjadi lebih tinggi dari kadar yang normal. Prolaktin diproduksi oleh kelenjar pituitari atau hipofisis yang berada di pangkal otak. Fungsi prolaktin dalam tubuh adalah untuk meningkatkan produksi ASI setelah melahirkan, dan memengaruhi kadar homon estrogen dan testosteron pada wanita dan pria.(selengkapnya bisa baca di sini

Belum banyak orang yang familiar dengan jenis 'penyakit' ini. Karena itu, di sini aku ingin berbagi cerita dan mengajak kalian untuk berkenalan dengan Hiperprolaktinemia. Untuk diingat sebelumnya, aku bukan seseorang yang ahli dibidangnya, bukan tenaga medis atau sejenisnya. Di sini aku hanya seseorang yang bersahabat dengan Hiperprolaktinemia.

Seperti yang udah dijelaskan sebelumnya, Hiperprolaktinemia adalah gangguan hormon, begitulah kira-kira aku sebagai orang awam menyebutnya. Apa berbahaya? Awal gejala yang dirasa apa? Lalu, apa perlu pengobatan lebih lanjut?

Ok, mari kita mulai ceritanya.

Gejala Hiperprolaktinemia

Pertama kali didiagnosa oleh obgyn bahwa aku Hiperprolaktinemia adalah sekitar tahun 2014-2015. Diantara tahun itu pokoknya sih, lupa tepatnya kapan. Gejala awalnya karena tamu bulanan nggak bertamu disetiap bulannya. Awal mula semua berjalan lancar, tamu datang setiap bulan. Siklus pun teratur nggak ada kendala apa pun.

Siklus mulai nggak teratur semenjak aku mulai kuliah, tepatnya pas dipertengahan tahun perkuliahan. Awalnya cuma telat, lama-lama si tamu datang sesuka hatinya. Sampai akhirnya dia rutin datang disetiap 2-3 bulan sekali. Yup, jadi aku datang bulan setiap 3 bulan sekali. Apa setiap datang bulan aku merasakan sakit perut sampai melilit? Alhamdulillah sih nggak. Belum pernah sampai sakit banget setiap datang bulan, cuma mules-mules kaya orang yang mau pupi aja.

Terdiagnosa

Semenjak haid nggak teratur, mulai muncul jerawat diwajah karena darah kotornya nggak keluar dengan maksimal. Padahal sebelumnya nggak pernah punya jerawat atau pun masalah kulit. Dari situ nyokap mulai aware sama perubahan wajah yang mulai banyak jerawat. Dan aku pun menjawab, "belum mens." Perbincangan pun berlanjut dari situ.

Mulai ditanya kapan terakhir mens, udah berapa lama, dan sebagainya. Sebagai sesama perempuan, nyokap sangat aware dengan hal seperti ini. Beliau selalu berpesan gini,
"Harus diperiksa jangan didiemin aja. Kita itu perempuan, penerusnya ada dari kita. Kalau ada apa-apa (nggak bisa kasih keturunan) nanti kita duluan yang disalahin, jadi kita harus jaga-jaga. Karena kita nggak pernah tau nanti akan berjodoh sama siapa. Ada yang baik, ada yang nggak. kalau suatu saat keluarga dari pasangan nyalah-nyalahin, kita jadi punya jawaban. 'Oh bukan karena saya kok, saya sehat,' jadi harus dicek."
Akhirnya mulailah aku cek ke obgyn. Menceritakan apa yang dialami dan rasakan ke dokternya, lalu beliau waktu itu menyarankan untuk minum obat selama 10 hari, sehari hanya satu kali. Kebetulan waktu itu emang udah dekat ke tanggal mensturasi. Dilihat dulu setelah minum obat itu, si tamu datang tepat waktu atau nggak. Dan siklusnya bagaimana.

Pasca minum obat itu, siklus lancar selama 2 bulan pertama. Selebihnya kembali sesuka hati. Pengobatan di tahun 2015 itu sempet berhenti, karena waktu itu aku nggak mau ketergantungan sama obat. Dan dokter pun nggak memaksakan juga harus minum obat, disuruh rajin olahraga (intinya harus banyak gerak) dan jaga pola makan aja. 

Aku pun sempat pindah ke Bratislava. Selama di sana jadwal menstruasiku teratur, tamu datang setiap bulan. Tanggalnya pun tetap, paling maju atau mundur sedikit, ya itu biasalah ya. Pas kembali lagi ke Indonesia, loh kok jadwal menstruasinya kacau lagi. 

Akhirnya kembali konsultasi. Dan akhirnya, beliau menyarankanku untuk melakukan tes darah, untuk mengetahui hormon mana yang mendominasi. Dari hasil ini, diketahui bahwa hormonku yang paling mendominasi semuanya adalah hormon prolaktin.

Untuk perempuan, jenis hormon ini adalah hormon yang memerintahkan tubuh untuk menghasilkan ASI atau Air Susu Ibu. Tapi, dikarenakan aku belum menyusui apa lagi menikah pada waktu itu, jadi hormon ini mengacaukan siklus menstruasi.

Efek Hiperprolaktinemia

Selain mengacaukan siklus mens, apa ada efek lain?
Ada. Menurut pemahamanku, kacaunya siklus menstruasi berbanding lurus dengan kacaunya siklus masa subur. Apa lagi untuk perempuan yang ingin punya anak cepat, dengan kacaunya siklus menstruasi tentunya kalian jadi nggak bisa menghitung kapan masa subur dan sebagainya. 

Tapi, apa bisa tetap punya anak? Insya Allah bisa.
Alhamdulillah sekarang aku udah menikah dan punya anak.
Walau ada satu catatan, pengobatan harus dilakukan supaya siklus menstruasi lancar jadi masa subur bisa dihitung. Bukan berarti nggak subur loh ya, cuma masa suburnya jadi nggak bisa ditebak aja kapannya.

Berapa lama waktu itu aku nunggu sampai hamil?
Aku kosong 8 bulan sejak nikah. Kalau dikasusku, sebenarnya bukan karena Hiperprolaktinemia sepenuhnya juga sih. Aku sendiri sempat menunda sebentar, maju mundur gitu mau punya anak. Perlu diingat juga sebelum memutuskan untuk punya anak, ada satu hal paling penting yang jangan sampai diabaikan, yaitu kesiapan mental calon ibu. Jangan dipaksakan kalau memang merasa belum siap. Karena nantinya dikhawatirkan bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak dari berbagai aspek, seperti emosi, perilaku, dan lainnya.

Penyebab dan Pengobatan Hiperprolaktinemia

Berdasarkan penjelasan obgynku, Hiperprolaktinemia ini bisa disebabkan oleh 2 faktor, yaitu tumor dan stres. Setelah diketahui hormon prolaktinku paling dominan, aku langsung diresepkan obat khusus yang harus rutin diminum secara teratur. Nggak boleh lupa apa lagi berhenti. Obatnya ini impor, jadi susah banget dicarinya. Waktu itu aku diinfo sama obgynku kalau obat ini ada disalah satu apotik di daerah Jakarta, ditempat lain nggak ada. 

Bener aja, aku coba iseng cari di apotik-apotik dekat rumah, obat itu nggak ada karena impor. Dan untuk harganya, waktu itu 10 tablet dosis 0,25 mg seharganya 1 jutaan. Mahalnya minta ampun emang, huhu. 

Untuk mengetahui penyebab utamanya, akhirnya aku mulai rutin minum obat dengan dosis rendah, satu minggu sekali selama satu bulan. Ditambah harus jaga makanan, rajin olahraga serta berjemur di pagi hari. Setelah itu kembali cek darah, dilihat apa angkanya menurun, stabil atau malah makin meningkat. Waktu itu targetnya adalah turun 50% dari hasil lab pertama.

Di hasil lab kedua, ada kemajuan dengan menurunnya angka hormon prolaktin tapi belum sesuai target. Lanjut lagi minum dengan dosis yang sama, tapi kali ini kalau nggak salah selama dua bulan. Tujuannya untuk ditinjau dulu, kalau setelah minum obat angkanya masih tinggi, aku disarankan untuk CT scan. Tapi kalau hasil lab berikutnya menunjukkan penurunan angka, maka faktor tingginya hormon prolaktinku bukan karena tumor tapi bisa jadi karena stres.

Dua bulan kemudian, aku kembali cek darah. Di sini hasil lab mulai menunjukkan angka yang cukup signifikan. Selain dibantu obat, aku juga rutin berjemur dan olahraga kecil tiap pagi. Nggak lupa juga ngurangin junk food dan makanan goreng-goreng lainnya. Jadi sering makan overnight oats, smoothies bowl dan salad sayur yang dibikin sendiri. Ya intinya makanan sehatlah.

Karena hasilnya bagus, dokter akhirnya merubah dosis obatnya jadi hanya diminum setiap tiga minggu sekali. Dan dilihat progresnya setelah 6 bulan, cek darah lagi. Di hasil lab yang ini, ada peningkatan sedikit walau angkanya tetap dibatas aman tapi seharusnya nggak ada peningkatan. Akhirnya kembali ke dosis sebelumnya, yaitu obat diminum setiap dua minggu sekali.

Selama pengobatan berlangsung, siklus menstruasi  jadi teratur?
Iya, sangat teratur. Si tamu datang ditiap bulannya, kalau pun telat ya cuma melesat beberapa hari aja. Tapi anehnya, setelah siklus menstruasi kembali rutin disetiap bulannya, rasa mules yang dirasa tuh agak beda dari biasanya. Jadi lebih mules aja disetiap hari pertama, walau pun mulesnya nggak begitu menganggu sih sebenarnya.

Dari perjalanan ini, aku terus konsumsi obat dengan dosis 0,25 mg setiap dua minggu sekali. Jadi aku minum obatnya nggak setiap hari. Untuk nama obatnya aku nggak bisa share nama brand atau jenis obatnya, karena harus dengan resep dokter nggak boleh dikonsumsi sembarangan.

Berapa lama aku minum obat ini?
Aku kembali konsultasi ke obgyn sepulangnya dari Bratislava, berarti di tahun 2017. Mulai rutin konsumsi obat di bulan Agustus 2017 dan berhenti pas tau hamil, bulan September 2018. Selama hamil dan menyusui, dokter tidak menyarankan untuk mengonsumsi obat itu, karena tujuan dari obat itu kan untuk menstabilkan hormon prolaktin sementara pada ibu menyusui hormon prolaktin itu sangat dibutuhkan untuk memproduksi ASI.

Sampai sekarang, aku masih menyusui jadi belum kembali mengonsumsi obat tersebut. Entah harus tetap mengonsumsi obat itu atau nggak, perlu dikonsultasikan lagi nanti ke dokternya. Buat yang baca tulisanku ini, jangan takut untuk periksa kesehatan diri ya. Jangan abaikan kode-kode yang diberikan tubuh, sekecil apa pun itu. Lebih baik terdeteksi lebih dini, dari pada didiamkan dan terjadi hal yang lebih kompleks. Karena lebih baik mencegah bukan dari pada mengobati? :)





Love,

Wednesday, November 20, 2019

Tips Berenang di Kolam Untuk Bayi di Bawah 6 Bulan

Semenjak resmi menjadi seorang ibu, rasanya nano-nano. Seru, lelah, kurang tidur, tapi menyenangkan juga di waktu yang bersamaan. Apa lagi melihat setiap perkembangan dari si kecil. Rasanya bangga setiap kali Zea, panggilannya, punya keahlian baru. Dan ibunya pun rasanya ingin mengajak melakukan berbagai aktivitas bersama. Salah satunya adalah berenang, tapi bukan di tempat baby spa atau kolam plastik melainkan langsung di kolam renang umum.

Sebelumnya Zea belum pernah nyobain renang di baby spa, jadi ini adalah pertama kalinya dia langsung ku 'cemplungin' di kolam renang. Ada perasaan khawatir pastinya, takut dia nangis karena kaget airnya dingin, takut kulitnya gatal akibat kaporitnya, dan sebagainya. Dasar ya ibu-ibu, emang kadang mikirnya suka lebay. Nah, untuk menenangkan pikiran ibu-ibu khususnya new mom kaya aku, ada beberapa tips mengajak berenang bayi di bawah 6 bulan pertama kalinya ke kolam umum ala buze alias Ibu Zea.

Zea usia 5 bulan

Persiapan

Supaya si kecil nggak kaget, aku pribadi menaikan suhu air saat mandi secara perlahan menjadi dingin. Zea pertama kali berenang di kolam renang umum saat usianya 5 bulan. Tetapi, disamping untuk peprsiapan, kulit Zea juga hypersensitive jadi disarankan dokter untuk mandi dengan air dingin. Karena itu, sejak masih newborn suhu air saat Zea mandi tidak yang terlalu hangat. Sekarang, di usianya yang sudah 6 bulan, Zea sudah tidak pernah lagi mandi air hangat, selalu air dingin.

Kadar Kaporit

Setiap kolam renang pasti ada kaporitnya. Kalau nggak salah waktu itu pernah baca bahwa kaporit juga berfungsi untuk mematikan virus dan bakteri yang berada di air, jadi kalau mencari kolam renang yang tanpa kaporit, pasti nggak ada. Yang membedakan, seberapa banyak kaporit yang digunakan. Aku pribadi sebelumnya mencari tahu terlebih dulu, nanya sana-sini. Kalau di kulit orang dewasa aja bikin gatal, gimana di kulit bayi yang masih sangat sensitif, kan?

Perbekalan

Namanya berenang, pasti anak cepat merasa lapar. Jangan lupa bawa perbekalan, baik itu kudapan atau pun susu. Kebetulan Zea udah mulai makan di usia 5 bulan 11 hari, jadi kalau lagi renang aku bawa ASIP di dot dan biskuit. Tapi permasalahan baru adalah, sepertinya sekarang dia lagi bingung puting jadi nggak mau lagi minum pakai dot. Setiap dikasih dot cuma dimainin aja, digigit-gigit. Jadi untuk mensiasatinya, Zea renang sama ayahnya. Ibu cuma bisa duduk manis sambil nunggu kapan 'konsumennya' ini mau nyusu. Pabrik susu cuma bisa stand by aja, hahaha.

Karena belajar dari pengalaman sewaktu ibu Zea ikut berenang. Aduh, repot jadinya pas dia udah kelaparan. Yang ada jadinya rewel. Jadi lebih baik, ibu stand by aja karena dia maunya direct feeding. Kalau berenangnya agak lama, bisa banget bawa makanan padat biar langsung kenyang.

Jangan Renang di Jam Tidur

Perhatikan jam tidur anak. Biasanya usia di bawah 6 bulan jam tidurnya masih banyak. Misalnya Zea, dia biasanya bangun di jam 04:00 atau 04:30 pagi. Dan tidur lagi di jam 07:00 atau 08:00 selama satu jam. Kalau tidur di jam 07:00, dia akan bangun di jam 08:00 kemudian sarapan dan akan tidur lagi di jam 10:00. 

Kalau berenang pagi, biasanya diantara jam 08:00-09:00, kalau udah mendekati jam tidurnya, dia pasti akan teriak-teriak lalu tertidur, walau pun masih berenang. Intinya sih, usahakan jangan berenang mendekati jam tidurnya kalau nggak mau anak rewel atau crancky karena ngantuk. 

Pelan-pelan

Supaya anak nggak nangis karena kaget dengan air dingin, jangan langsung memasukan seluruh tubuh anak ke dalam kolam. Kalau versi ibu Zea, ku ajak duduk-duduk dulu dipinggir kolam sembari memasukan kakinya perlahan ke dalam. Biar anak merasakan dulu airnya, masih sambil duduk, badannya secara perlahan ku siram-siram pakai air kolam supaya basah dulu. Kalau dia terlihat happy dan mau nerima air yang dingin itu, baru ku ajak dia masuk ke dalam kolam. 

Zea usia (menuju) 7 bulan
Segera Bilas

Menghindari gatal-gatal atau kulit merah akibat kaporit, segeralah bilas atau mandi setelah berenang. Selama ini Zea berenang, alhamdulillah kulitnya aman selama setelah berenang, langsung dimandikan.

Sekarang setiap diajak berenang, Zea udah ngerti.
Masuk kolam langsung girang dan mainin airnya. Walau tetap, pas awal nggak langsung memasukan seluruh badannya, tetapi pelan-pelan dari dibasahin dulu kakinya dan seterusnya, seperti yang udah ku tulis di atas.

Selamat main air!




With love,
 

Saturday, November 16, 2019

Perlukan Orang Dewasa Melakukan Vaksin Influenza?

Virus dan bakteri merupakan dua "sosok" yang menyeram bagi hampir setiap ibu. Apa lagi diperalihan musim seperti sekarang ini, kita, baik orang dewasa maupun bayi serta anak-anak, rentan terkena virus. Salah satunya ialah virus influenza (flu). Dilansir dari hellosehat.com, bakteri ialah sel tunggal yang kompleks. Bakteri dapat bertahan hidup sendiri tanpa inang di dalam atau pun luar tubuh.

Sementara, virus berukuran lebih kecil dan bukan merupakan sel. Tidak seperti bakteri, virus membutuhkan inang, seperti manusia atau hewan untuk berkembang biak. Virus dapat menyebabkan penyakit infeksi dengan cara masuk dan berkembang biak di dalam sel-sel sehat inangnya.

Tak Pandang Usia

Virus, dalam hal ini ialah flu dapat menyerang siapa pun. Terlebih pada bayi yang daya tahan tubuhnya masih sangat lemah. Karena itu, ketika seorang bayi terlahir, sangat penting untuk langsung diberikan vaksin sesuai yang dianjurkan. Polio, Rubela, Rotavirus, Haemophilus influenza tipe B, Campak, Tuberkulosis, Tetanus, Difteri, Penyakit gondongan, Hepatitis B, dan batuk rejan merupakan beberapa jenis penyakit yang dapat dicegah dengan melakukan vaksin. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun telah mengeluarkan jadwal vaksin atau imunisasi, baik wajib maupun tambahan, bagi anak usia 0-18 tahun. Seperti pada tabel di bawah ini.

Jadwal imunisasi IDAI
Zea, panggilan anakku, pertama kali terserang flu dan batuk waktu usianya kurang dari dua bulan. Sewaktu itu, ia tertular dari orang dewasa disekitarnya. Sebagai ibu, sedih rasanya sewaktu melihat Zea menangis akibat sakit. Apa lagi sebagai ibu baru, bingung juga harus melakukan apa pada saat itu. Ditambah anak sekecil itu belum bisa mengutarakan rasa sakitnya, cuma bisa menangis. Jadilah aku ikutan nangis, kalau anak nangis. Mellow banget rasanya harus melihat matanya sembab, wajahnya merah, gelisah, dan hidungnya tersumbat. Tidurnya pun jadi kurang nyenyak.

Kalau malam, tiba-tiba nangis karena suhu tubuhnya yang tinggi. Nafasnya pun kurang lega. Maunya tidur setengah duduk di atas dada ibunya. Apa lagi kalau ditambah muntah, aduh, rasanya kaya pengin menggantikan posisinya saat itu juga. Kasihan banget, nggak tega.

Dari pengalaman itu, akhirnya mau tidak mau aku harus agak 'galak' dengan orang-orang disekitarnya. Karena, kebersihan adalah nomor satu dalam mengurangi penyebaran virus. Berdasarkan penjelasan dr. Attila Dewanti Sp.A(K) dalam acara Blogger Gathering Happy Kids, With No Flu Worries pada Minggu (10/11) lalu, virus flu dapat hidup di permukaan selama 48 jam setelah seseorang bersin tanpa penutup lalu memegang berbagai benda. Oleh karena itu, menggunakan tisu saat batuk dan bersin, buang tisu secepat mungkin, mencuci tangan, menghindari bersentuhan, menggunakan masker dan membersihkan sekeliling kita merupakan beberapa upaya dalam mengurangi penyebaran virus.


dr. Attila dan Namira Monda sebagai pengisi acara
Dekorasinya ini gemes banget!
Virus ini pun dapat menginfeksi orang lain satu hari sebelum gejala berkembang, hingga 5-7 hari setelah benar-benar sakit. Dalam satu tahun, orang dewasa dapat terkena flu sebanyak dua kali. Sementara pada anak hingga empat kali per tahun. Karena itu, salah satu upaya lainnya untuk mencegah flu adalah dengan melakukan vaksin influenza yang dapat dilakukan pada setiap tahunnya, atau satu tahun sekali secara rutin.

Apakah Vaksin Aman? Kenapa Harus Vaksin?

Vaksin mengandung bakteri atau virus yang dilemahkan atau dimatikan. Sebelum digunakan, tentunya vaksin telah melalui berbagai uji klinis untuk memastikan keamanan serta efektivitasnya. Sehingga, dengan kata lain, vaksin aman diberikan pada bayi. 

Saat  bayi divaksinasi, sistem imunnya mengenali zat-zat yang masuk ke dalam tubuhnya sebagai hal buruk. Sehingga jika suatu saat tubuh bayi terserang virus penyebab penyakit tersebut, sistem imunnya secara otomatis akan mengidentifikasi virus sebagai hal buruk dalam tubuh dan mematikannya. 

Lebih lanjut, dr. Attila pun menambahkan bahwa untuk memutus rantai virus, vaksin tidak hanya diberikan pada bayi saja, melainkan juga orang dewasa. Vaksin influenza mulai dapat diberikan pada bayi berusia 6 bulan sebagai vaksin tambahan hingga orang dewasa berusia lanjut.

Vaksin dirasa kurang efektif jika hanya diberikan pada bayi saja sementara orang dewasa disekitarnya tidak. Dengan vaksin, bukan berarti kita jadi tidak terserang flu sama sekali, hanya saja vaksin ini dapat membantu mengurangi komplikasi seperti pneumonia. Juga dapat membantu kita mencegah dan menularkan flu kepada orang lain.

World Health Organization (WHO) bahkan merekomendasikan vaksinasi tahunan untuk wanita hamil, anak-anak usia 6 bulan hingga 5 tahun, orang lanjut usia (lebih dari 65 tahun), individu dengan kondisi medis kronis, dan pekerja di bidang kesehatan. Merasa daya tahan tubuh baik bukan berarti jadi tidak mudah terkena virus, karena virus bisa datang kapan aja tanpa permisi. 

Terlebih bagi kita yang merawat seorang bayi atau pun turut membantu merawatnya, vaksinasi penting diberikan. Sekuat apa pun kita menjaga kesehatan bayi tapi kalau orang dewasa yang berada di lingkungan sekitarnya rentan terhadap virus, pada akhirnya memiliki kesempatan untuk tertular juga. Maka dari itu, untuk memutus mata rantai penyebaran virus, vaksin influenza sangat perlu diberikan juga pada orang dewasa.

Setelah mendapat kesempatan mengikuti acara bermanfaat ini, keinginan aku untuk divaksin pun semakin kuat. Secara akulah yang selama 24 jam bersama Zea di rumah, akan merasa bersalah pastinya kalau Zea sakit akibat tertular oleh kita. Jadi, kapan nih mau divaksin?

Note: main-main ke Kenapa Harus Vaksin untuk informasi tentang vaksin lebih lanjut.




With love,