Friday, November 20, 2015

Gaya Hidup Tidak Aktif Picu Berbagai Macam Penyakit

Tahukah kamu?

Dalam jangka panjang, pola hidup yang kurang aktif atau gerak dapat meningkatkan risiko berbagai macam pernyakit seperti hipertensi, diabetes, obesitas, kencing manis hingga jantung. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan, hampir separuh proporsi penduduk di DKI Jakarta berusia di atas 10 tahun tergolong kurang aktif. Coba bayangkan jika jumlah tersebut terus meningkat, risiko terkena penyakit seperti yang sudah disebutkan akan semakin besar dan penderitanya pun ikut meningkat.

Dalam acara Media Briefing, Senin (16/11) lalu, dr. Simon Salim menerangkan, darah tinggi masih menjadi musuh utama. Kedua adalah merokok, ketiganya kecing manis, dan keempat adalah physical inactivity atau kurangnya aktivitas fisik. Physical inactivity ini merupakan penyebab keempat terhadap moralitas di seluruh dunia yang masuk ke dalam kategori baru. Penyebab kematian nomor satu di dunia yang masih dapat dicegah adalah merokok.

Bukan berarti, karena masih dapat dicegah kalian jadi menyepelekan penyebab kematian nomor satu di dunia ini. World Health Organization (WHO) melihat 2/3 penduduk Indonesia adalah perokok, baik pasif maupun aktif. Dari hasil survey tahun 2012, sebanyak 85% terpapar asap rokok di restoran, 70% di transportasi umum, dan hanya satu dari 10 perokok mau berhenti merokok selama 12 bulan ke depan. 

Setiap kali rokok itu dihisap, pembuluh darah akan terus menyempit. Kerusakan ini bersifat permanen. Terbayang dong bagaimana rusaknya paru-paru kita kalau terus merokok (atau menghisap asap rokok)? 
Sementara itu, menurut Riskesdas, di Indonesia, penderita obesitas di atas usia 15 tahun hampir mencapai 18%, ini baru yang central obesity saja belum termasuk over weight. Nah, bagaimana caranya kita tahu kalau kita termasuk central obesity? Mudah, kamu hanya perlu mengukur lingkar pinggang. Wanita dengan central obesity lingkar pinggangnya di atas 88cm, sedangkan laki-laki 102cm.

Bagaimana dengan kencing manis?
Diperkirakan, tahun 2020 mendatang penyakit kencing manis di seluruh dunia, temasuk Indonesia, akan naik dua kali lipat dari jumlah sekarang. Obesitas, kencing manis, dan merokok memiliki sifat yang sama, yaitu 'menghantam' secara menyeluruh dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tidak ada yang terlindungi.

Sebagai musuh utama, bagaimana faktor risiko dengan hipertensi?
Faktor risiko paling tinggi hipertensi adalah
sedentary lifestyle atau gaya hidup yang tidak aktif. Kebanyakan, penyakit ini masuk ke dalam kategori silent killer, karena gejalanya tidak benar-benar terlihat secara kasat mata, namun tiba-tiba mengakibatkan kematian.

Penderita hipertensi memiliki kemungkinan 1,5 kali terkena komplikasi jantung, stroke, dan sebagainya. Tetapi, begitu digabungkan dengan kencing manis, maka kemungkinannya naik sampai 2,8 kali. Dan naik lagi menjadi 6x lipat jika digabungkan dengan kolesterol.

Apa yang harus dilakukan?
Selama ini hampir setiap orang hanya fokus pada pengaturan pola makan hingga melupakan gaya hidup sehat dengan aktif bergerak. Orang yang lebih sering duduk kemungkinan terkena serangan jantung 2x lipat dibandingkan dengan yang berdiri. Itulah kenapa, sebagian perusahaan besar di luar negeri menganjurkan karyawannya untuk bekerja sambil berdiri, bahkan ada beberapa perusahaan yang tidak menyediakan kursi, dan baru akan duduk ketika menerima tamu.

Jika kamu adalah salah satu penderita penyakit hipertensi, diabetes, obesitas, kencing manis, jantung atau pun perokok, tentunya kamu harus mengonsumsi obat-obatan agar tidak semakin parah. 'Obat' tanpa biaya yang bisa kamu konsumsi sehari-hari adalah dengan berolahraga. Namun tentu, untuk penyakit seperti hipertensi harus dibarengi juga dengan obat yang sebenarnya, sesuai dengan dosis yang sudah dianjurkan oleh dokter.

Olahraga yang cocok untuk semua penyakit tersebut ialah aerobic. Kenapa bisa aerobic? Karena dalam olahraga aerobic, tubuh akan menggunakan otot-otot besar, temasuk otot paha, kaki, dan perut. Menggerakan sebagian besar tubuh. Untuk hidup sehat, waktu yang dianjurkan minimal selama 150 menit/minggu. Sedangkan untuk diet adalah 2,5 jam/minggu. Minimal dilakukan 3-5 kali dalam seminggu. Jangan sampai ada dua hari berturut-turut tanpa olahraga.

Bagi kalian yang ingin melakukan diet, angka dari berat badan yang turun pun harus diperhatikan. Sebaiknya, berat badan yang turun per minggunya adalah 0,5 kg. Artinya, dalam satu bulan berat badan yang turun normalnya hanya 2 kg. Dengan kata lain, jenis-jenis diet yang menawarkan program diet secara instan hingga dapat menurunkan berat badan secara cepat kuranglah tepat. Terlebih jika yang kamu lakukan adalah dengan mengurangi porsi makan. 

Kenapa?
Karena, begitu kamu mengurangi porsi makan yang berlebihan, pembakaran kalori menurun. Sehingga kalori yang terbuang saat mengolah makanan ikut menurun. Ketika porsi makan dikurangi, akan ada penurunan dalam kedua hal tersebut. Pada awalnya, akan terlihat seakan-akan efektif dan bagus, tetapi tidak akan bertahan lama. 

Kembali lagi, physical activity adalah jawaban yang paling tepat. Karena physical activity tidak berhubungan dengan makanan tetapi tetap melakukan pembakaran kalori. Selain calorie restriction, harus dibarengi juga dengan olahraga agar berat badan tidak naik dan turun. Semakin tinggi berat badan, semakin tinggi pula pembakaran kalori yang terjadi meski pun aktivitas yang dilakukan sama.

Jadi, mulai sekarang, yuk jadi generasi yang sehat dan bugar dengan berhenti merokok dan melakukan aktivitas fisik moderat (sedang) setidaknya 30 menit per hari. Nggak mau kan terkena hipertensi, kencing manis, dan lainnya karena gaya hidup yang tidak aktif? 

Yuk, kita berinvestasi di kesehatan! :)








With love, 

No comments:

Post a Comment