Friday, July 3, 2015

Benarkah LGBT Mempengaruhi Kemajuan Sebuah Negara?

Akhirnya aku memutuskan untuk menuliskan topik yang sedang menjadi isu sensitif belakangan ini. Seperti yang kita tahu, belum lama ini Amerika Serikat baru saja melegalkan pernikahan sesama jenis di beberapa negara bagian. Pernikahan sesama jenis itu sendiri merupakan pernikahan yang terjadi dengan identitas atau gender yang sama. Sebelumnya, negara-negara seperti Belanda, Belgia, Kanada, Spanyol, Afrika Selatan, Norwegia, Swedia, Brazil, Islandia, Portugal, Argentina, Denmark, Perancis, Mesiko, Uruguay dan Selandia Baru sudah melakukan legalisasi pernikahan sesama jenis lebih awal dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Legalisasi pernikahan sesama jenis di Amerika Serikat ini sendiri pun diramaikan dengan tagar #LoveWins atau yang juga dapat diartikan sebagai, Cinta Menang. Dimana, pada akhirnya cinta dapat memenangkan permasalahan ini. Beberapa pengguna sosial media pun berbondong-bondong merubah foto profilnya dengan latar belakang pelangi yang menjadi simbol dari Love Wins ini. Melegalisasikan pernikahan sesama jenis tentu saja mengundang pro dan kontra. Di satu sisi ada yang mendukung, tetapi di sisi lain ada juga yang tidak.

Pro-kontra tersebut terasa hingga ke tanah air. Para netizens kerapkali beradu pendapat hingga 'perang' opini pun tak terelakan di berbagai sosial media. Oleh karena itu, legalisasi pernikahan sesama jenis ini menjadi isu (yang bisa disebut) sensitif. Sebetulnya, isu ini menjadi sensitif karena beberapa netizens kurang bisa menerima atau menghargai opini satu sama lain. Menurutku, orang yang tidak mendukung bukan berarti close minded atau primitif, mereka hanya berpegang teguh pada aturan agama dan prinsip hidupnya. Bukankah kita hidup (di Indonesia) berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa?

Mereka yang mendukung tidak pula dapat selalu dikategorikan sebagai orang-orang yang open minded. Karena bagiku, orang-orang yang open minded tidak akan mengatakan "nggak usah bawa-bawa agama, gimana mau maju?" tetapi akan lebih menghargai apa pun yang dianut atau yang menjadi kepercayaan seseorang. Menghargai opini atau pendapat satu sama lain, sehingga cara pandang atau berpikirnya bisa jauh lebih luas jika kita mau mendengar apa yang dikatakan oleh orang lain. Karena tidak ada yang salah pun benar dalam beropini. 

Namun, kali ini aku tidak ingin beropini atau membahas mengenai mendukung atau tidaknya terhadap pernikahan sesama jenis ini. Aku ingin sedikit membahas dampak dari pernikahan sesama jenis, atau LGBT dari segi kemajuan sebuah negara. Apakah LGBT dapat mempengaruhi kemajuan sebuah negara? Kemungkinan, jawabannya adalah iya. Bagaimana bisa? Berikut adalah beberapa faktor yang terlintas dalam pikiranku, bisa benar bisa juga salah.

Menurunnya Angka Kelahiran

Pada umumnya, selain bertujuan untuk membangun sebuah keluarga, pernikahan antara manusia (pria dan wanita) terjadi atas harapan untuk dapat memiliki keturunan, bukan? Untuk melanjutkan kehidupan pada generasi berikutnya. Namun, bagaimana dengan LGBT? Tentu saja pernikahan sesama jenis tidak dapat menghasilkan keturunan. Sebenarnya jika populasi LGBT adalah sebesar 1%-4% dari jumlah keseluruhan populasi sebuah negara, dampak tersebut tidak begitu terasa, akan tetapi jika jumlah populasi LGBT melebihi angka 5% dari jumlah populasi keseluruhan sebuah negara, maka dampak ini akan sangat terasa. Sadar atau tidak, menurunnya angka kelahiran dapat merugikan sebuah negara dalam berbagai aspek.

Kurangnya Sumber Daya Manusia

Hal ini berkaitan dengan menurunnya angka kelahiran. Menurunnya angka kelahiran dapat juga diartikan sebagai tidak bertambah atau berkurangnya jumlah populasi dari sebuah negara. Jika angka dari jumlah populasi sebuah negara semakin menurun, apa yang akan dilakukan sebuah negara untuk mengisi kekosongan Sumber Daya Manusia (SDM)? Bagaimana kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi? Bagaimana sebuah organisasi atau perusahaan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya SDM yang sesuai dengan kebutuhan?

Turunnya Pendapatan Negara

Poin ketiga ini pun masih berkaitan dengan poin pertama dan kedua. Menurunnya angka kelahiran sama dengan berkurangnya Sumber Daya Manusia, khususnya pada usia-usia produktif. Jika hal ini terjadi, dimana usia-usia produktif yang dibutuhkan dalam sebuah negara berkurang, maka tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita sebuah negara ikut berkurang atau menurun. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi pergerakan ekonomi dari negara tersebut.

Ketiga faktor di atas merupakan beberapa dampak dari LGBT dalam sebuah negara.
Oh ya, sedikit tambahan mengenai pernyataan pada poin pertama, "pernikahan terjadi atas harapan untuk memiliki keturunan." Bukankah pasangan LGBT juga bisa memiliki keturunan dengan mengadopsi anak? Iya, betul. Tapi perlu juga diketahui bahwa di beberapa negara terdapat peraturan bahwa pasangan LGBT tidak diperbolehkan untuk mengadopsi anak. Di luar dari hal itu, sampai kapan pasangan LGBT tetap tidak akan bisa memproduksi dan menghasilkan keturunan serta meningkatkan angka kelahiran sebuah negara.

Kembali lagi, ini adalah opini dari seorang pengguna blogger yang ingin turut beropini dari aspek lain mengenai isu yang sedang hangat diperbincangkan. Tidak ada maksud menjatuhkan pihak mana pun. May God bless our country!









With love,


No comments:

Post a Comment