Setiap negara pasti memiliki keamanan yang berbeda-beda, baik dari segi kriminalitas, pelecehan, maupun lainnya. Yang pasti, nggak ada negara yang benar-benar 100 persen aman. Karena itu, dimana dan kemana pun pergi, kita tetap harus waspada dan ekstra hati-hati.
Dislaimer: cerita dari tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menjelekkan negara mana pun ya, hanya ingin berbagi cerita supaya kalian yang membaca bisa lebih berhati-hati, apa lagi ketika sedang berada di negara orang. Karena sudah banyak korban, khususnya wisatawan Indonesia yang sedang berlibur ke sini, jadi nggak ada salahnya kan kalau berbagi?
------
Sebelumnya, aku pun belum tahu 'kondisi' dari Bratislava yang sebenar-benarnya. Jangan terkecoh atau menilai negara tersebut aman hanya karena terlihat aman. Memang, dari segi angka kriminalitas, Bratislava tidak setinggi di Indonesia dimana angka pemerkosaan, pembunuhan, penculikan, dan kejahatan lainnya kian hari angkanya kian meningkat.
Namun, bukan berarti negara ini benar-benar aman. Pencopet maupun penipu banyak berkeliaran dimana-mana, khususnya tempat wisata dan mall. Uang adalah incaran mereka, jadi yang menjadi target mereka adalah dompet.
Berawal dari pengalaman pribadi. Hari itu, setelah dari kampus adik, kami memutuskan untuk mampir ke Aupark, salah satu mall cukup besar di sini yang memiliki taman terbuka. Singkat cerita, saat itu kami memutuskan untuk hunting foto di tamannya. Keluarlah kami dari mall, langsung berjalan menuju taman, melewati tempat parkir (outdoor) dan naik ke wilayah parkir yang berada di atas agar kami bisa berjalan di trotoar. Kami sudah berada di pinggir jalan besar.
Siang itu jalanan terlihat sangat sepi. Hanya ada aku, Rizpa (adik), dan dua orang perempuan yang bergaya seperti turis. Memang, dengar-dengar pencopet di Bratislava seringkali berpura-pura sebagai turis agar korban sasaran tidak curiga.
Kedua perempuan itu berada di samping, jaraknya tidak jauh dari kami. Mereka membuka peta seolah-olah seperti kehilangan arah. Karena sepi dan merasa aman, aku memutuskan untuk memotret Kastil Bratislava yang terlihat dari seberang jalan, hanya sebentar.
Salahnya, saat itu aku menggunakan backpack yang aku gemblok di belakang. Sementara Rizpa sudah jalan ke arah kiri terlebih dahulu, meninggalkan. Dan aku terlalu fokus memotret. Mungkin disaat itulah si pencopet beraksi. Aku memotret sangat sebentar, dan mereka beraksi sangat cepat. Dalam hitungan detik dompetku hilang.
Seusai memotret, aku menyusuli Rizpa yang sudah jalan terlebih dahulu, karena ia memanggil, "cepatan!". Sembari berjalan, aku ingin memasukkan kamera kembali ke dalam tas. Dan memang, saat itu aku merasa tas menjadi lebih ringan. Ternyata oh ternyata, aku kecopetan. Huft
Saat itu aku memang belum menyadari dompetku hilang. Sampai akhirnya aku melakukan double check untuk memastikan barang apa yang hilang dari tas, nggak lama setelah sadar aku kembali berjalan ke tempat semula aku berdiri, selagi belum jauh. Dan benar, dompetku telah dibuang pencopetnya.
Dompetku terbuka dan isinya lenyap semua, habis sampai ke koin-koinnya.
Tapi tetap, alhamdullilah aku nggak kehilangan kartu izin tinggal. Kalau uang insya allah bisa dicari lagi, tapi soal izin tinggal, urusannya akan ribet.
Usut punya usut, ternyata bukan hanya aku saja yang pernah mengalami kejadian tidak mengenakan itu. Teman-teman sesama Indonesia lainnya pun pernah, bahkan waktu itu pernah ada rombongan tamu dari salah satu SMA di Bandung, dan ke-11 dari mereka kecopetan. Entah bagaimana ceritanya.
Setelah aku cari tahu, ternyata memang Aupark, Kota Tua, dan beberapa tempat wisata lainnya terkenal rawan copet. Mereka memang lebih banyak mengincar turis atau ekspat. Masyarakat setempatnya pun juga ada yang pernah mengalami hal serupa. Dengar-dengar pernah ada pencopet yang ketahuan aksinya di Kota Tua. Pelakunya dua orang wanita yang berasal dari Romania, bukan masyarakat setempat.
Belum lama, ada dua wartawan dari salah satu stasiun TV swasta Indonesia yang datang ke Bratislava untuk peliputan. Kebetulan, aku yang menemani mereka. Hari pertama di Bratislava, salah satu dari mereka kecopetan.
Di hari pertama itu, kami mengunjungi kastil. Aku pun memberitahu untuk berhati-hati karena di kota ini banyak copet. Mungkin setelah 20-30 menit setelah itu, ia kehilangan dompetnya. Padahal kami selalu bersama, entah bagaimana copet itu beraksi. Bisa jadi si pelaku sudah mengamati dari kejauhan tapi kami tidak sadar.
Beralih pada cerita lain, aku pernah diberitahu oleh seorang pelayan restauran di Kota Tua. Saat itu ia melihat aku memberikan uang pada seorang wanita. Memang, siang itu secara tiba-tiba ada secara wanita yang menghampiri, tiba-tiba menyodorkan form untuk diisi. Ia bisu, entah beneran bisu atau hanya pura-pura. Form-nya memang sangat rapih, bertulisan donasi untuk anak-anak.
Awalnya memang ada kecurigaan, khawatir seperti di Jakarta, mengatasnamakan donasi padahal uangnya masuk kantong pribadi. Tapi aku tetap berpikir positif, mengisi nama dan jumlah donasi. Setelah selesai, baru melangkahkan kaki beberapa langkah tiba-tiba pelayan restauran yang sedang berdiri di depan pintu menegur.
Dia bertanya, "kamu tahu nggak tadi kamu habis mengeluarkan sekian euro untuk Romanian mafia?" Otomatis langsung kaget. Karena penasaran, aku pun akhirnya nanya-nanya. Dia cerita bahwa, pemerintah setempat memang sudah berusaha untuk get rid of them tapi sulit. Karena semakin hari malah semakin bertambah jumlahnya, dan mereka semakin berkeliaran dimana-mana.
Dan ketika aku nanya uang itu digunakan untuk apa, ia tidak tahu pasti. Tapi biasanya digunakan untuk beli mobil, alkohol, dan lainnya. Kesel nggak sih dengarnya?
So, untuk kalian yang berencana untuk berkunjung ke Eropa Tengah, entah itu bagian timur atau barat, waspada ya! Karena nggak hanya Bratislava yang rawan copet, Praha dan Italia juga, khususnya di kota Roma dan Venice.
Selamat bereksplorasi! x
Saat itu aku memang belum menyadari dompetku hilang. Sampai akhirnya aku melakukan double check untuk memastikan barang apa yang hilang dari tas, nggak lama setelah sadar aku kembali berjalan ke tempat semula aku berdiri, selagi belum jauh. Dan benar, dompetku telah dibuang pencopetnya.
Dompetku terbuka dan isinya lenyap semua, habis sampai ke koin-koinnya.
Tapi tetap, alhamdullilah aku nggak kehilangan kartu izin tinggal. Kalau uang insya allah bisa dicari lagi, tapi soal izin tinggal, urusannya akan ribet.
Usut punya usut, ternyata bukan hanya aku saja yang pernah mengalami kejadian tidak mengenakan itu. Teman-teman sesama Indonesia lainnya pun pernah, bahkan waktu itu pernah ada rombongan tamu dari salah satu SMA di Bandung, dan ke-11 dari mereka kecopetan. Entah bagaimana ceritanya.
Setelah aku cari tahu, ternyata memang Aupark, Kota Tua, dan beberapa tempat wisata lainnya terkenal rawan copet. Mereka memang lebih banyak mengincar turis atau ekspat. Masyarakat setempatnya pun juga ada yang pernah mengalami hal serupa. Dengar-dengar pernah ada pencopet yang ketahuan aksinya di Kota Tua. Pelakunya dua orang wanita yang berasal dari Romania, bukan masyarakat setempat.
Belum lama, ada dua wartawan dari salah satu stasiun TV swasta Indonesia yang datang ke Bratislava untuk peliputan. Kebetulan, aku yang menemani mereka. Hari pertama di Bratislava, salah satu dari mereka kecopetan.
Di hari pertama itu, kami mengunjungi kastil. Aku pun memberitahu untuk berhati-hati karena di kota ini banyak copet. Mungkin setelah 20-30 menit setelah itu, ia kehilangan dompetnya. Padahal kami selalu bersama, entah bagaimana copet itu beraksi. Bisa jadi si pelaku sudah mengamati dari kejauhan tapi kami tidak sadar.
Beralih pada cerita lain, aku pernah diberitahu oleh seorang pelayan restauran di Kota Tua. Saat itu ia melihat aku memberikan uang pada seorang wanita. Memang, siang itu secara tiba-tiba ada secara wanita yang menghampiri, tiba-tiba menyodorkan form untuk diisi. Ia bisu, entah beneran bisu atau hanya pura-pura. Form-nya memang sangat rapih, bertulisan donasi untuk anak-anak.
Awalnya memang ada kecurigaan, khawatir seperti di Jakarta, mengatasnamakan donasi padahal uangnya masuk kantong pribadi. Tapi aku tetap berpikir positif, mengisi nama dan jumlah donasi. Setelah selesai, baru melangkahkan kaki beberapa langkah tiba-tiba pelayan restauran yang sedang berdiri di depan pintu menegur.
Dia bertanya, "kamu tahu nggak tadi kamu habis mengeluarkan sekian euro untuk Romanian mafia?" Otomatis langsung kaget. Karena penasaran, aku pun akhirnya nanya-nanya. Dia cerita bahwa, pemerintah setempat memang sudah berusaha untuk get rid of them tapi sulit. Karena semakin hari malah semakin bertambah jumlahnya, dan mereka semakin berkeliaran dimana-mana.
Dan ketika aku nanya uang itu digunakan untuk apa, ia tidak tahu pasti. Tapi biasanya digunakan untuk beli mobil, alkohol, dan lainnya. Kesel nggak sih dengarnya?
So, untuk kalian yang berencana untuk berkunjung ke Eropa Tengah, entah itu bagian timur atau barat, waspada ya! Karena nggak hanya Bratislava yang rawan copet, Praha dan Italia juga, khususnya di kota Roma dan Venice.
Selamat bereksplorasi! x
------
UPDATE
Kemarin, tanggal 3 April 2017, aku hampir aja kecopetan (lagi). Masih dengan modus yang sama, tapi kali ini alhamdullilah aku sadar dan ngeh, ya mungkin belajar dari kecopetan yang pertama. Semenjak kecopetan, bawaannya aku jadi curigaan terus setiap ada orang yang mepet-mepet, karena memang si pelaku seringkali berpura-pura menjadi turis di antara turis yang sebenarnya. Otomatis, nggak ada orang yang ngeh kalau sebenarnya dia adalah copet.
Kali ini kejadiannya di kastil. Berpengalaman dari kasus yang terjadi sama wartawan kita, seperti cerita di atas, aku jadi ekstra waspada. Dan ya, aku memang menggunakan backpack. Singkat cerita, saat itu aku dan Rizpa hendak pulang setelah berputar-putar disekitar kastil.
Dari bawah, kita naik melalui tangga ini, seperti di foto. Sebenarnya untuk ke atas ada banyak jalan, tapi karena yang lebih dekat dari posisi kita berdiri adalah melalui tangga, jadi kita naik dari situ. Dan sekalian foto, hehe.
Yes, tangga ini |
Ketika naik, ada dua perempuan yang mengikuti. Saat itu posisi Rizpa di depan aku, perempuan yang pertama jalan mendahului Rizpa dan perempuan lainnya berjalan di belakangku. Si copet hendak berusaha membuka tasku, tapi usaha dia gagal karena aku langsung menoleh. Di situ terlihat tangan kanannya ditutupi dengan peta ala ala turis yang ia pegang ditangan kirinya. Posisinya sudah sangat mepet denganku.
Aku langsung melihat wajah si copet, mengernyitkan mata. Mau tahu dia ngapain?
Dia langsung masang wajah sok polos, dan berkata, "Oops, sorry." Lalu jalan melegos pergi menghampiri temannya.
Dan ya, tasku udah setengah terbuka. Tadinya mau ditegur, tapi sayang kondisi di tangga saat itu sedang sepi. Nggak ada saksi dan bukti, yang dikhawatirkan nanti malah aku dituduh menuduh. Dan bisa jadi dia menyalahkan balik, bakal panjang.
Lebih baik menggemblok tas kalian di depan kalau memang kalian nggak bawa apa-apa. Saat itu aku menggalungi kamera, jadi tas terpaksa di gemblok di belakang. kalau kamera dibawa pakai tangan aja, khawatir juga ada yang nyabet, hehe.
So, waspada ya!
No comments:
Post a Comment