Ketika kedua kakimu mulai menyerah dan tidak sanggup lagi melangkah, katakan padanya bahwa ia kuat. Ia tidak lemah. Ia masih cukup kokoh menopang tubuhmu untuk berjalan, atau bahkan berlari, menghantarkanmu ke berbagai tempat yang terkadang sulit untuk dijamah.
Memang, mungkin ia tidak sekokoh bumi yang berpuluh kali diinjak namun tetap dapat berdiri. Yakinkan bahwa ia tidak selemah itu. Ia masih dapat menahan terpaan-terpaan angin yang berusaha merontohkan tubuhmu. Yakinkan itu.
Ketika tubuhmu mulai mengibarkan bendera putih, katakan padanya bahwa ia masih dibutuhkan oleh banyak orang. Kehadirannya sangat berharga bagi mereka.
Bagi mereka yang haus dan lapar. Bagi mereka yang membutuhkan asupan agar kembali tercerahkan oleh berbagai tulisan yang kau peroleh. Yakinkan itu.
Yakinkan bahwa ia berharga.
Ketika jari-jari mungilmu lelah menari-nari di atas tuts, katakan padanya bahwa ia sangat berarti. Tanpanya, tidak akan ada tulisan yang dapat dinikmati. Dunia ini akan gelap. Sejarah ini akan hilang. Yakinkan itu.
Tidak akan ada Google tanpa tulisan.
Tidak akan ada buku tanpa tulisan.
Tidak akan ada sejarah tanpa tulisan.
Tidak akan ada tulisan tanpamu, wahai para kuli tinta.
Kamu hebat, kamu tahu itu.
Kamu kuat, kamu tahu itu.
Kamu berjasa, kamu tahu itu.
Setiap kata yang kau jahit akan sangat bernilai.
Setiap keringat yang menetes akan sangat berarti.
Setiap perjuangan yang diperjuangkan tidak akan pernah sia-sia.
Kamu hebat, kamu tahu itu.
Memang, mungkin sekarang kau bukanlah siapa-siapa.
Bahkan mungkin, terkadang kau dianggap menganggu atau menyebalkan.
Tapi yakinlah, tulisan-tulisanmu akan menerangkan yang gelap. Meluruskan yang berliku. Dan mengarahkan yang tersesat.
Wahai para kuli tinta, yakinlah lelahmu akan terbayar.
Mungkin tidak dengan uang, tetapi dengan bertambahnya generasi yang cerdas.
Mungkin tidak sekarang, tapi nanti.
Yakinlah.
Teruslah menulis.
Jangan matikan lampu yang sudah terang menyala.
With love,
Sang Kuli Tinta
No comments:
Post a Comment