1997.
Bagi sebagian orang, tahun tersebut mungkin adalah tahun kelahiran mereka. Tahun kematian. Tahun pernikahan, atau tahun kelulusan. Namun bagiku, bagi kami, 1997 merupakan tahun pertemuan.
Dimana kami semua dipertemukan disebuah sekolah dasar negeri yang dikenal dengan sebutan Mekar Jaya 31 untuk pertama kalinya. Sebetulnya tidak semua, karena aku sendiri baru bertemu dengan mereka pada tahun 1998, setelah kembali ke tanah air.
Kami tidak saling kenal.
Nama pun kami tidak tahu.
Kami membiarkan waktu yang memperkenalkan dengan sendirinya. Waktu membiarkan kami menghabiskan kehidupan masa kecil kami dengan indah.
Pertemuan itu membawa banyak cerita.
Kami bertengkar.
Mencemooh. Dicemooh.
Tertawa. Ditertawakan.
Marah. Dimarahi.
Tetapi kami kembali bersatu.
Kehidupan yang belum banyak drama.
Hingga akhirnya kami terpisahkan oleh jarak.
Ada yang memutuskan untuk menimba ilmu ditempat yang sama, ada yang tidak. Namun waktu terus berjalan. Membawa kami ke dalam kehidupan yang lain. Dengan cerita yang berbeda.
Kami mulai sibuk dengan peran baru yang dijalani. Sebagai seorang remaja.
Sebagai seorang individu yang sedang memikirkan cara meraih cita-cita dan kesuksesan dengan caranya masing-masing. Dengan porsi kesuksesan yang berbeda-beda.
Waktu tidak pernah berhenti berputar.
Setiap detiknya terus berdenting.
Hingga akhirnya kami dipertemukan kembali oleh waktu.
2015.
Sebut saja ini adalah pertemuan kedua kami. Hanya saja, kami membutuhkan memori untuk mengingat kembali, karena perubahan yang ada dalam diri kami semua. Sebetulnya kami juga suka mengadakan reuni, satu tahun sekali, kalau sempat. Itu pun kami terlalu sibuk dengan diri sendiri, dengan kehidupan remaja kami. Hingga lupa untuk bertegur sapa dengan yang lain.
Di tahun ini, kami lebih dapat mengontrol diri. Dapat mengesampingkan segala drama kehidupan yang ada. Kami tumbuh menjadi seorang remaja dewasa. Meski sudah sangat lama tidak bertemu, tapi chemistry itu ternyata masih ada. Tidak seperti dulu, kini waktu tidak perlu lagi bekerja terlalu keras untuk menyatukan kami. Kami sudah bersatu dengan sendirinya.
Pertemuan yang sudah dilalui membuat kami memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama di luar kota. Bandung, tepatnya. Meski pun banyak sekali yang berhalangan untuk ikut, tapi memori masa kecil tetap bisa dikenang bersama. Tawa itu terlihat pada wajah kami.
Di situ, kami, well setidaknya aku, menyadari bahwa teman seperti ini sudah masuk museum. Langka.
Kami bebas menjadi diri sendiri, tanpa takut dicemooh.
Kami bebas berekspresi, tanpa takut dijadikan bahan perbincangan.
Kami bebas bergurau, tanpa perlu menjaga image.
Tidak ada tawa yang tak lepas selama kami berada di beberapa tempat yang sempat didatangi, di Bandung.
Sudah 17-18 tahun kami saling mengenal.
Meski pertemanannya sempat terhenti. Komunikasi kami terputus.
Meski pertemanannya sempat terhenti. Komunikasi kami terputus.
"Some people said people come and go, but true friends will stay"
Semoga kita memang ditakdirkan untuk menjadi true friends.
Yang hanya akan memberi kasih dengan tulus. Tanpa ada maksud tertentu.
Yang hanya akan memberi kasih dengan tulus. Tanpa ada maksud tertentu.
Yang tidak akan datang dan pergi semaunya. Tidak ada kepura-puraan.
Semoga kita akan terus mendukung satu sama lain, saat dibutuhkan atau pun tidak.
Semoga kita bisa mengangkat kembali teman yang terjatuh untuk kembali berdiri.
Dan,
Semoga kita dapat meyaksikan kesuksesan masing-masing lalu berkata, "hey, itu teman saya!" dengan bangganya.
No comments:
Post a Comment