Saturday, September 6, 2014

Parenting With Stars

Randomly, tiba-tiba pengen nulis soal parenting yang menurutku cukup inspiratif. Terkadang, aku suka memperhatikan bagaimana seorang ibu atau orang tua membesarkan buah hatinya. Meski pun aku belum menikah, apa lagi punya anak, tapi seru aja belajar hal-hal mengenai parenting. Ya hitung-hitung ngumpulin bekal ilmu deh ya, hehe.

Tulisan kali ini terinspirasi dari seorang guru sewaktu aku les bahasa Inggris di British Council dulu di Amman, Jordan. Waktu itu aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), jadi merasa bahwa apa yang dilakukan oleh guru itu keren, cukup menarik perhatianku. Awalnya kita belajar seperti biasa, ditambah dengan sedikit games. Mungkin, pada saat itu sang guru menangkap adanya kebosanan dari para muridnya, sejak itu ia menerapkan sistem bintang atau stars. Peraturannya simpel, bahkan sangat simpel.

Dalam dua minggu, setiap murid harus bersaing untuk mendapatkan minimal 10 stiker bintang yang akan ditempel di sebuah papan. Tentu, nama dari masing-masing murid pun tertulis di sana. Cara untuk mendapatkan stikernya pun mudah, tapi bagi anak-anak yang sedang belajar mungkin aturan mainnya bisa dibilang susah-susah gampang, sih. 

Setiap murid yang berhasil menjawab pertanyaan dengan cepat dan benar, ia akan mendapatkan sebuah stiker bintang. 
Setiap murid yang berhasil memenangkan games, akan mendapatkan sebuah stiker bintang.
Setiap murid yang berhasil menyelesaikan hukumannya dengan baik dan benar, serta mengakui dan tidak akan mengulanginya lagi, juga akan mendapatkan sebuah stiker bintang. Kurang lebih begitulah beberapa cara untuk mendapatkan sebuah stiker bintang.

Dengan syarat, setiap murid tidak boleh curang, mencontek atau pun memperlakukan temannya tidak baik. Penilaian bukan cuma berasal dari seberapa tinggi nilai dari anak tersebut, tapi juga the attitude. Dan apa yang akan terjadi kalau ada seorang murid yang melanggar? Tentu, bintangnya akan dicabut atau dipindahkan ke orang yang memang pantas untuk dikasih bintang.

Jadi, selain kita belajar bahasa, kita pun diajarkan untuk memperlakukan teman dengan baik, mau ditempat les atau pun di luar. Tidak boleh ada yang saling menyakiti. Lalu, selain ilmu, apa yang didapatkan para murid dari bintang-bintang itu? Pastinya hadiah dong. Setiap 2 minggu, setelah pembelajaran selesai, kita semua akan menghitung siapa yang mendapatkan bintang paling banyak.

Waktu itu, aku pernah jadi salah satu murid yang bintangnya paling banyak, dan hadiah yang aku dapat pada saat itu adalah cokelat. Cokelat kesukaanku, kebetulan. Meski pun cuma sebuah cokelat, tapi aku merasa usahaku saat itu dihargai melalui apresiasi yang diberikan. Selain hadiah, seluruh murid dalam kelas pun (harus) memberikan tepuk tangan sebagai ucapan selamat.

Sampai sekarang pun, diusia 22-ku, kejadian itu selalu teringat.

Dan sekarang baru ngerti, bahwa seorang anak memang membutuhkan sebuah apresiasi atas apa yang sudah dikerjakannya. Hal kecil sekali pun. Sehingga ia merasa bahwa orang lain menghargai apa yang dilakukannya. Sekali pun ucapan "gambarnya bagus sekali," walau menurut kita gambarnya tidak rapih, atau memberinya tepuk tangan dan memujinya hebat ketika ia berhasil mengambil barang yang jatuh tanpa bantuan siapa pun (untuk bayi), dan sebagainya. Yang paling penting adalah, jangan pernah membandingkannya dengan anak dari siapa pun! karena tidak semua anak sama.

Karena kalimat "kamu sekarang sudah berhasil masuk ke dalam ranking 10 besar, ayo lebih giat lagi. Kami dukung. Supaya kamu bisa masuk ke dalam ranking 5 besar, atau bahkan menjadi nomer 1," lebih enak di dengar dibandingkan dengan kalimat "anak dari bapak A selalu ranking 1, kamu kapan bisa kaya gitu? dasar pemalas! malas belajar sih, makannya rajin belajar dong kaya anaknya bapak A biar jadi ranking 1 kaya dia."

Nggak ada salahnya juga orang tua sesekali memberikan hadiah atas usaha dan prestasinya, sehingga si anak pun merasa bahwa segala usahanya dihargai. Ingat, jangan terlalu banyak menuntut, karena kita nggak pernah tahu bagaimana kerasnya mereka, para anak, berusaha. 

No comments:

Post a Comment