Dalam rangka pesta demokrasi kemarin, 9 April 2014, rasa-rasanya pengen (sok) ikutan nulis tentang hal ini, tapi bukan membahas mengenai partainya, calegnya atau hal-hal yang berbau politik lainnya, tapi mengenai jari yang kita celup ke tinta ungu seusai pencoblosan. Sebenarnya sih nggak ada filosofinya, biar sok seru aja dikait-kaitkan. Hahahaha
Hak suara kalian sudah digunakan dengan baik dong pastinya? Jangan sampai jadi bagian orang-orang yang menganut paham Golongan Putih (golput) ya! Ya, terlepas dari banyaknya caleg yang nggak kita kenal, bingung mau milih siapa atau memilih mereka-mereka yang kerjaannya bobo manis aja, tapi setidaknya hak suara kita enggak dipergunakan seenaknya oleh orang yang tidak bertanggung jawab yang menghalalkan segala cara untuk menang. Kesempatan kita cuma satu kali, tapi dampaknya bertahun-tahun. Demi kesejahteraan kita juga.
Balik lagi ke persoalan jari.
Ini adalah kedua kalinya gue nyoblos. Dan di kesempatan kedua inilah tiba-tiba gue terpikir akan sesuatu. Iya betul, tentang filosofi jari saat pemilu. Sebenarnya kegunaan jari bertinta itu adalah untuk menandakan kalau kita sudah berpartisipasi dan menggunakan hak suara sebaik-baiknya. Ya sebenarnya sih suka-suka pemilik jarinya mau nyelupin di jari mana sih ya, tapi kenapa (rata-rata) kelingking?
Mungkin karena kelingking adalah jari terakhir di tangan kita sehingga tidak akan mengundang perhatian lebih banyak layaknya jari-jari lainnya?
Bukan, bagi gue jari kelingking adalah a pinkie promise.
Selama masa kampanye berlangsung, para caleg sudah pasti akan mengumbar segala macam janji kan? Dan pada saat pemilu itulah kita dan para caleg tersebut (meski hanya melalui kertas suara) saling janji satu sama lain. It's where a pinkie promise started.
Ibaratnya, tinta ungu itu adalah materainya dan jari kelingking kita adalah tanda tangan yang sudah tergores di atas kertas suara. Saling janji.
Don't just focus on winning the election. But, focus in making Indonesia a bright and better country. PLEASE! |
We promise to be a very good citizen and you promise to keep your promises, ya!
Please, do.
Please, do.
No comments:
Post a Comment