Monday, February 10, 2014

Surat Untuk Anakku



Anakku,


Ketika aku tua,
aku berharap kau mengerti dan sabar padaku.
Ketika aku memecahkan piring atau menjatuhkan sop dari meja karena penglihatanku berkurang.
Aku berharap kamu tidak berteriak memarahiku,
Orang yang sudah tua sangat sensitif.
Milikilah belas kasih ketika kamu harus berteriak marah. 

Ketika lisanku berkurang dan aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakan,
Aku berharap kamu tidak berteriak padaku, "Ulangi apa yang kamu katakan atau tuliskan!"
Aku minta "maaf" anakku.
Aku menua.

Ketika lututku melemah, aku berharap kamu sabar membantuku berdiri.
Seperti dulu aku melakukannya padamu, ketika kamu kecil, ketika kamu berlajar bagaimana berjalan.
Mohon tahan terhadapku.
Ketika aku tetap mengulangi perkataanku mengenai ingatan-ingatan yang salah.
Aku berharap kamu tetap mendengarkanku.
Aku mohon jangan menertawaiku atau tidak suka mendengarkanku.

Kamu ingat ketika kamu kecil dan ingin balon?
Kamu begitu bertingkah berlebihan, melakukan apapun dan menangis, sampai kamu mendapatkan apa yang kamu mau.
Aku mohon, maafkan bauku juga.
Bauku seperti orang yang tua.
Aku mohon, jangan memaksaku dengan keras untuk mandi.
Tubuhku lemah.
Orang yang tua mudah sakit ketika mereka kedinginan.
Aku berharap aku tidak mempermalukanmu.
Ingatkah kamu ketika kamu kecil?
Aku mengejar dan menangkapmu karena kamu tidak mau mandi.
Aku berharap engkau bisa sabar denganku.

Ketika aku mulai mudah ngambek dan ngomel.
Itu semua bagian dari "tua."
Kamu akan mengerti ketika kamu semakin tua.
Dan jika kamu memiliki sisa waktu, aku berharap kita bisa berbincang-bincang walau hanya sebentar.
Aku selalu sendiri setiap waktu dan tidak memiliki satupun teman untuk berbincang-bincang.
Aku tahu kamu sibuk bekerja.
Sekalipun kamu tidak tertarik pada ceritaku, mohon luangkanlah waktu untukku.
Ingatkah kamu ketika masih kecil?
Aku meluangkan waktu untuk mendengarkan ceritamu tentang mainan dan boneka-bonekamu?

Ketika waktu itu datang, aku sakit dan terbaring di tempat tidur.
Aku berharap kamu sabar merawatku.
Aku minta maaf,
jika tiba-tiba buang air di tempat tidur atau menyusahkanmu.
Aku berharap kamu sabar merawatku sampai akhir hidupku.
Aku akan pergi dalam waktu yang tidak lama lagi.
Ketika waktu kematianku datang, aku berharap kamu bisa memegang tanganku dan memberiku kekuatan untuk menghadapi kematian.
Dan jangan cemas,
Ketika nanti aku bertemu Tuhan, aku akan berbisik pada-Nya.
Untuk memberkatimu dan merahmatimu, karena kamu mencintai ibu dan ayah.
Dan jika kamu menikah tanpa ada aku, percayalah aku akan berbisik pada Tuhan,
"Tuhan, itu putriku yang sedang menikah. Sangat cantik bukan?"

Terima kasih banyak telah mencintai ibu dan ayahmu.
kamu mencintaimu dengan banyak cinta.




Salam,
Ibu dan Ayah.







(sumber: (repost from) kaskus)

No comments:

Post a Comment