Waktu
berjalan semakin cepat. Dari detik kini berubah menjadi jam dan berganti hari.
Semakin bergantinya hari, semakin juga jaman berubah. Perubahan jaman ini
diikuti dengan perubahan pola pikir dan gaya hidup masyarakat Indonesia yang
semakin modern. Perubahan yang mengarah pada era teknologi informasi dan media
sosial ini telah membawa masyarakat Indonesia pada arus globalisasi yang semakin
hari semakin berkembang.
Arus globalisasi itu sendiri dipengaruhi oleh adanya cultural imperialism (imperialisasi budaya). Sadar atau tidak, Kebudayaan Indonesia secara tidak langsung sedang di “jajah” oleh negara Barat dan Korea melalui media massa. Sekarang ini, kedua negara tersebut telah mendominasi media di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Media merupakan sebuah tool (alat) yang sangat kuat, cepat dan efektif dalam memberikan dampak atau mempengaruhi audience.
Ketika proses meniru terjadi, secara perlahan namun pasti kebudayaan Indonesia telah berhasil di “jajah” oleh kedua negara yang sudah disebutkan sebelumnya. Awal mula, Indonesia mulai kehilangan identitasnya ketika kebudayaan Barat secara perlahan memasuki Indonesia. Kebudayaan Barat memproduksi hampir semua media massa seperti film, komik, majalah, berita, dan lain-lain. Mengapa negara Barat dapat melakukannya? Karena mereka memiliki uang. Dengan adanya uang, mereka dapat memproduksi apa saja yang dibutuhkan oleh media massa, dan selain itu, negara Barat juga telah sukses menghasilkan sebuah produksi yang mengesankan dengan bantuan teknologi yang sangat berkembang sehingga seolah-olah terlihat seperti nyata.
Hal tersebut dapat dilihat pada film Space Jam yang memadukan Michael Jordan sebagai tokoh utama yang merupakan manusia dengan karakter-karakter kartun Looney Tunes. Film tersebut seolah-olah memberikan pemandangan nyata bahwa kartun hidup dalam kehidupan manusia sehari-hari. Padahal, sebenarnya hanya imajinasi belaka. Semua dapat dikerjakan oleh teknologi komputer sehingga terlihat seperti nyata, dan hal ini mudah sekali dilakukan karena negara Barat memiliki teknologi modern yang sudah sangat maju. Begitu juga dengan film-film lainnya yang juga menggunakan teknologi komputer yang begitu canggih, sehingga masyarakat Indonesia itu sendiri secara perlahan mulai mengagumi dan lebih tertarik pada film-film luar.
Arus globalisasi itu sendiri dipengaruhi oleh adanya cultural imperialism (imperialisasi budaya). Sadar atau tidak, Kebudayaan Indonesia secara tidak langsung sedang di “jajah” oleh negara Barat dan Korea melalui media massa. Sekarang ini, kedua negara tersebut telah mendominasi media di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Media merupakan sebuah tool (alat) yang sangat kuat, cepat dan efektif dalam memberikan dampak atau mempengaruhi audience.
Ketika proses meniru terjadi, secara perlahan namun pasti kebudayaan Indonesia telah berhasil di “jajah” oleh kedua negara yang sudah disebutkan sebelumnya. Awal mula, Indonesia mulai kehilangan identitasnya ketika kebudayaan Barat secara perlahan memasuki Indonesia. Kebudayaan Barat memproduksi hampir semua media massa seperti film, komik, majalah, berita, dan lain-lain. Mengapa negara Barat dapat melakukannya? Karena mereka memiliki uang. Dengan adanya uang, mereka dapat memproduksi apa saja yang dibutuhkan oleh media massa, dan selain itu, negara Barat juga telah sukses menghasilkan sebuah produksi yang mengesankan dengan bantuan teknologi yang sangat berkembang sehingga seolah-olah terlihat seperti nyata.
Hal tersebut dapat dilihat pada film Space Jam yang memadukan Michael Jordan sebagai tokoh utama yang merupakan manusia dengan karakter-karakter kartun Looney Tunes. Film tersebut seolah-olah memberikan pemandangan nyata bahwa kartun hidup dalam kehidupan manusia sehari-hari. Padahal, sebenarnya hanya imajinasi belaka. Semua dapat dikerjakan oleh teknologi komputer sehingga terlihat seperti nyata, dan hal ini mudah sekali dilakukan karena negara Barat memiliki teknologi modern yang sudah sangat maju. Begitu juga dengan film-film lainnya yang juga menggunakan teknologi komputer yang begitu canggih, sehingga masyarakat Indonesia itu sendiri secara perlahan mulai mengagumi dan lebih tertarik pada film-film luar.
Masih
mengenai film, kehidupan-kehidupan Barat yang dipertontonkan melalui film itu
pun menunjukan kehidupan yang berbeda dari apa yang sudah ada di Indonesia.
Misalnya saja pada film Confession of a
Shopaholic yang secara tidak langsung memperkenalkan merk-merk ternama dari
mulai baju, tas, sepatu dan lain sebagainya. Atas apa yang dipertontonkan,
masyarakat Indonesia sendiri mulai tertarik dengan pakaian, tas dan sepatu yang
mereka lihat, sehingga mulai meninggalkan buatan atau produksi lokal. Karena
umumnya, khalayak mereaksi dengan apa yang mereka lihat di televisi atau media
lainnya. Sehingga secara tidak sadar mereka mulai meniru apa yang mereka lihat,
dan saat itulah terjadinya penghancuran budaya asli dengan masuknya budaya
Barat melalui penyesuaian budaya yang mereka lakukan.
Sama halnya dengan kebudayaan Barat,
kebudayaan Korea yang juga semakin hari semakin ‘menjajahi’ kebudayaan
Indonesia melalui boy dan girlbandnya berhasil memperkenalkan budayanya dengan
memberikan tontonan baru yang belum ada sebelumnya. Dengan segala kecantikan,
ketampanan dan keprofesionalan yang ditampilkan, menarik dua pasang bola mata
ini untuk terus memperhatikan dan mencari tahu lebih dalam dari segi hal lainnya.
Indonesia dilanda demam Kpop. Kpop berhasil membuat masyarakat Indonesia
semakin penasaran dengan kebudayaan yang mereka miliki, hingga sekarang ini, gaya
berpakaian, cara bicara sampai apa saja yang digunakan oleh idolanya diikuti
atau ditiru. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena, mereka menyajikan sesuatu
hal baru yang berbeda dari apa yang masyarakat Indonesia lakukan. Dengan adanya
demam Kpop ini, tidak sedikit juga masyarakat Indonesia memiliki rasa penasaran
yang tinggi terhadap negara Korea, sehingga mereka pun berbondong-bondong
mendatangi negara gingseng tersebut untuk sekedar liburan atau menanam bisnis.
Hal tersebut membuat masyarakat Indonesia sendiri lupa bahwa di Indonesia pun
memiliki banyak tempat wisata atau kebudayaan yang jauh lebih beragam dan indah,
sampai kecolongan budaya pun tak terelakan oleh negara tetangga.
Sebagai
satu-satunya negara yang memiliki identitas yang unik, yaitu Pancasila dengan
simbol burung garuda yang menoleh ke arah kanan dan slogan Bhineka Tunggal Ika
yang memiliki arti berbeda namun satu jua. Memaparkan bahwa pancasila itu sendiri
dianggap sebagai nilai dasar atau puncak budaya bangsa, hal ini diyakini
sebagai jiwa dan kepribadian bangsa. Seperti yang disebutkan pada sila ketiga;
persatuan Indonesia. Kebersatuan masyarakat Indonesia ini dapat terus memegang
teguh Pancasila sebagai idelologi dasar negara Indonesia yang akan menjadikan
masyarakat ini sendiri sebagai polisi-polisi budaya yang akan terus menjaga dan
mengayomi satu sama lain dengan keberagamaan budaya yang dimiliki, sehingga
serangan atau penjajahan melalui budaya yang terjadi, dapat diminimalisir dan bangsa Indonesia menjadi kuat dari segala goncangan globalisasi. Dan
masyarakatnya sendiri pun bisa lebih menghargai produk-produk lokal serta keberagaman
budaya yang dimiliki dan tidak meninggalkan kebudayaan asli begitu saja tanpa
tanggung jawab yang berarti. "Ingat aku, dan aku akan menguatkan identitas bangsa." Ujar Pancasila.
No comments:
Post a Comment