Sunday, September 5, 2010

Helicobacter Pylori

[Update]
Rabu, 09 Januari 2019
-----------

Melansir Alodokter.com, Helicobacter Pylori (H. Pylori) merupakan bakteri yang dapat tumbuh di saluran pencernaan manusia, terutama di lambung. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk menimbulkan infeksi dengan cara menyerang dan merusak dinding lambung dan usus halus. H. Pylori dapat hidup dalam asam, sehingga asam lambung tidak efektif dalam membunuh bakteri tersebut. 

Infeksi Helicobacter pylori kebanyakan tidak menimbulkan gejala yang signifikan pada penderita. Akan tetapi jika terjadi terus menerus, infeksi H. Pylori dapat menimbulkan penyakit saluran pencernaan, seperti gastritis dan tukak lambung.

Penyebab

Seseorang akan lebih mudah terinfeksi H. Pylori jika :
  • Tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang tidak baik.
  • Tinggal di perumahan padat penduduk.
  • Tidak memasak air minum hingga matang.
  • Tinggal serumah dengan penderita infeksi Helicobacter pylori.
  • Mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid dalam jangka waktu lama.
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi Helicobacter pylori dibandingkan orang dewasa. Ini disebabkan karena mereka belum bisa menjaga kebersihan dirinya sebaik orang dewasa.

Gejala 

Gejala ketika terjadi tukak akibat infeksi H. Pylori, antara lain :
  • Sakit maag
  • Perut kembung
  • Mual
  • Demam
  • Sendawa yang berlebihan
  • Penurunan berat badan
  • Hilangnya nafsu makan
Penderita harus segera menghubungi dokter jika mengalami gejala berikut :
  • Sakit maag hebat dan tidak kunjung hilang
  • Tinja berdarah atau berwarna
  • Muntah darah, atau mengeluarkan muntah berwarna hitam seperti ampas kopi
  • Sulit menelan makanan atau minuman

Komplikasi Infeksi H. Pylori  

Infeksi Helicobacter pylori dapat menimbulkan komplikasi seperti:

  • Peradangan saluran pencernaan. Infeksi H. Pylori dapat menyebabkan iritasi dinding saluran pencernaan, terutama lambung. Iritasi lambung dapat berkembang menjadi peradangan yang disebut sebagai gastritis.
  • Perdarahan lambung. Kondisi ini dapat terjadi ketika ulkus merusak pembuluh darah lambung. Perdarahan lambung dapat menyebabkan anemia.
  • Perforasi lambung. Kondisi ini terjadi jika tukak berkembang dan menyebabkan robeknya lambung.
  • Peritonitis. Ini merupakan infeksi dinding peritoneum, yaitu selaput yang membatasi organ-organ pencernaan dinding perut bagian dalam, akibat terkontaminasi isi lambung yang robek.
  • Kanker lambung. Jika dibiarkan berlarut-larut, infeksi H. Pylori dapat memicu terjadinya kanker lambung pada pasien.
Pencegahan Infeksi Helicobacter Pylori

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan infeksi H. Pylori adalah :
  • Menghindari konsumsi makanan atau minuman yang tidak higienis.
  • Menghindari konsumsi makanan atau air minum yang tidak dimasak hingga matang.
  • Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah menggunakan toilet.
(sumber: https://www.alodokter.com/infeksi-helicobacter-pylori)
 -----------

[Original post]

Oke, kali ini gue akan berbagi info lagi buat kalian supaya bisa lebih berhati-hati soal masalah kesehatan. Cerita sedikit, gue terkena bakteri Helicobacter Pylori (H. Pylori), bakteri yang berada di sekitar usus 12 jari. Pertama kali bakteri itu ditemukan oleh sama Dr Barry J. Marshall dan Dr J. Robin Warren.

Penelitian tersebut bermula saat seorang wanita disepanjang hidupnya mengalami sakit perut secara terus-menerus, setiap berobat, dokter hanya mendiagnosa kalau ia sakit perut sampai akhirnya ia meninggal dunia. Kedua nama di atas kemudian mulai heran, kenapa sakit perut aja bisa mengakibatkan wanita itu meninggal? Akhirnya, keduanya pun berinisiatif untuk mengadakan penelitian. Perutnya dibedah dan akhirnya ditemuinlah bakteri itu. Penelitian kurang cukup bagi keduanya, akhirnya J. Marshall berinisiatif untuk memakan bakteri yang ditemukannya tersebut, untuk memastikan apa memang benar penyebabnya adalah karena bakteri itu, tapi pihak rumah sakit dan semua orang yang bersangkutan tidak setuju dengan keputusannya. Diam-diam, Marshall pun akhirnya memakan bakteri tersebut dan ternyata...BENAR!

Perutnya pun merasakan sakit secara terus-menerus. Sejak itu baru ketahuan kala ternyata Marshall telah menelan bakteri tersebut secara diam-diam. Setelah ditemukan penyebabnya, penelitian berlanjut dengan mencari tahu jenis  serta kandungan obat apa yang pas untuk mengobati penyakit atau membasmi bakteri tersebut.

Kurang lebih bentuk bakteri dalam lambung manusia adalah seperti gambar di bawah ini.






Dan sekarang, bakteri itu ada di dalam perut gue. Entah dari kapan mereka berhuni di situ, gue baru tau tahun lalu pas gue merasa sakit lambung yang nggak kunjung sembuh. 

Sakit lambung secara terus-menerus terasa sejak Sekolah Menengah Atas (SMA), lebih tepatnya mulai terasa sakit intens itu pas kelas 12, di saat menjelang Ujian Akhir Nasional (UAN). Karena memang punya maag, bahasa familiarnya, jadi gue pikir sakit lambung itu diakibatkan karena maag. Plus, mungkin bisa juga dari stres. Secara saat itu sudah mendekati UAN, jadi belajar terus dan kurang waktu istirahat ditambah dengan adanya perasaan takut nggak lulus.

Saat itu bukan cuma merasakan sakit lambung aja sih, tapi dibarengi juga dengan gejala-gejala lain yang kurang lebih hampir mirip sama Thypus. Akhirnya berobatlah ke dokter. Di dokter pertama, beliau menyarankan untuk cek darah setelah mendengar keluhan gue. Dan memang hasilnya juga positif gejala Thypus, walau angkanya masih kecil. Gue pun tenang. Tapi, setelah obat-obat yang gue konsumsi habis, kok nggak sembuh-sembuh. Masih merasakan keluhan yang sama.

Bahkan gue pun sampai sempat minum air dari hasil rendaman cacing, karena katanya gejala Thypus akan cepat sembuh dengan itu. Tetapi, karena masih juga tak kunjung sembuh akhirnya berobat lagi ke dokter yang berbeda. Beliau pun memberikan diagnosa yang sama. Bedanya, ditambah dengan adanya sakit maag. Karena saat itu lambungnya sakit minta ampun.

Sampailah di waktu tiba-tiba lambung gue nyeri banget, ini pas awal-awal masuk kuliah. Jangankan untuk jalan, berdiri tegak pun susah. Jalan harus sambil membungkukan tubuh, kayak nenek-nenek kalau lagi jalan. Saking sakitnya. Sempat mikir juga, masa iya maag se-lebay ini? Sebelumnya kalau maag kambuh, ya biasa aja. Karena udah kebanyakan obat tapi sakitnya belum mereda, akhirnya memutuskan untuk ke dokter lagi. Kali ini ke dokter atas rekomendasi teman nyokap. Artinya, gue udah ke tiga dokter yang berbeda.

Menurut info, dokter ini bagus. Jadilah kami kesana, kebetulan nggak jauh juga dari rumah. Gue pun menjelaskan keluhan yang kurang lebih sama kaya sebelumnya, yaitu :
  • suhu tubuh panas dari sore ke malam, pagi sehat kembali
  • merasa sakit perut di sekitar udel
  • hilang nafsu makan
  • muntah
  • pusing
Dokternya pun curiga dan nyuruh gue lansung cek darah. Tapi kali ini, bukan untuk mencek apakah gejala Thypus atau bukan, melainkan apa benar terkena bakteri H. Pylori? Ternyata hasilnya positif. Asing, karena belum pernah mendengar itu sebelumnya. Beliau pun tahu jenis bakteri ini saat menghadiri seminar Marshall yang sewaktu itu berkunjung ke Jakarta, serta cerita dari awal mula ditemukannya bakteri tersebut. Saat itu, klaim beliau, sakit yang diakibatkan bakteri H. Pylori ini belum familiar. Bahkan belum ada obatnya. Tapi sekarang, di tahun gue sakit, mulai bermunculan jenis obat-obatan (antibiotik) walau masih sedikit.

Kebanyakan dokter pun pasti akan langsung curiga pada gejala Thypus kalau mendengar gejala-gejala yang gue sebutkan, karena memang gejalanya kurang lebih mirip-mirip kaya gejala tersebut padahal bisa jadi sebenarnya bukan Tyhpus, begitu kata beliau.

Kami pun bertanya penyebab dari munculnya bakteri tersebut di lambung gue. Jawaban beliau, bisa jadi karena jajanan di jalanan yang kurang bersih. Padahal gue sendiri saat itu jarang sekali jajan-jajan. Bahkan lebih sering bawa bekal.

Berdasarkan penjelasan beliau, H. Pylori ini diawali dengan infeksi usus 12 jari dulu, jadi kaya muncul nanah-nanah di sekitar usus. Kalau nggak di jaga dan diobati dengan baik, bisa naik level menjadi tukak lambung dan semakin naik level menjadi kanker lambung kalau tidak dilakukan pengobatan. Seram abis dengarnya!

Karena itu, untuk kalian yang baca cerita ini harus hati-hati dan jaga kesehatan banget. Kalau udah merasa sakit perut jangan diremehkan, karena terkadang itu bukanlah sakit perut (atau lambung) biasa. Sebagai informasi tambahan soal H. Pylori, selengkapnya bisa di baca di sini ya! 
******

[Update]
Rabu, 09 Januari 2019
 -----------  
Lanjutan dari cerita post di atas yang gue tulis di tahun 2010 lalu. Setelah dinyatakan positif terinfeksi H. Pylori, gue pun menjalankan pengobatan sesuai anjuran dokter. Harus rutin minum obat (antibiotik) dengan dosis tertentu secara disiplin, nggak boleh ke skip. Kalau nggak, ngulang lagi dari awal. Alhamdulillah waktu itu angkanya masih belum begitu tinggi, karena terdeteksi secara dini. Jadi dokter meresepkan beberapa obat yang harus gue minum rutin selama satu bulan.

Setelah satu bulan, dilakukan pengecek darah lagi. Kalau angkanya menurun, dosis dari antibiotiknya pun juga akan ikut diturunkan. Tapi alhamdulillah, gue hasilnya langsung negatif. Artinya, udah bersih dari infeksi H. Pylori. Padahal sebelumnya, kata dokter pengobatan paling cepat itu 3-6 bulan, itu pun dibarengi dengan kedisiplinan dalam pengobatan.

Sejak itu jadi sok hygienes, walau masih suka jajan-jajan. Tapi pilih-pilih banget sekarang, karena udah ngerasain sakitnya yang minta ampun dan menganggu banget. Lalu, dua tahun kemudian, tepatnya di tahun 2012 saat gue di Muscat. Gue melakukan check up lagi, untuk jaga-jaga aja.

Kali ini pengecekannya agak sedikit berbeda. Gue lupa pakai tes darah juga atau nggak ya, tapi yang pasti, ada pengecekan nafas (atau udara) gitu. Jadi gue dikasih plastik bening, ya kayak plastik kiloan yang suka dipakai untuk bungkus-bungkus makanan gitulah, lalu gue disuruh meniup plastik itu hingga mengembung kaya bikin balon-balonan. Tapi setelah gue tiup harus langsung di tutup atau ikat supaya nggak tercampur dengan udara luar. 

Hasilnya nggak langsung keluar, harus nunggu 1-3 hari, lupa tepatnya berapa. 
Dan alhamdulillah hasilnya pun negatif. Sampai sekarang, alhamdulillah nggak pernah lagi merasakan sakit lambung yang dashyat. Tapi kalau maag, masih suka muncul kalau telat makan aja. Selebihnya aman.

 




With love,

No comments:

Post a Comment