Saturday, October 29, 2011

Sisi Lain Kehidupan

Kamu tahu apa yg terjadi hari ini? Pasti tidak. Dan ini sedikit mengharukan menurut ku.Sekilas cerita. Kedua orang tau ku sedang bertugas di luar negeri selama sekitar 3,5-4 tahun lamanya dan kali ini, aku dan Mawar tidak bisa ikut ke tempat dimana orang tua sedang di tugaskan. Karena perkuliahan kami sudah sampai di semester 5, jadi sayang kalau pindah. Aku dan Mawar ini saudara kembar, kami berdua tinggal di Depok, tapi dikarenakan tempat menuntut ilmu kami berbeda jadi mau tidak mau kami harus hidup masing-masing. Aku Depok dan dia di Jati Nangor.

Mama ku selalu bilang:
"Kita harus selalu baik pada orang lain, semua orang. Karena kalau kita baik, nanti disaat kita sedang membutuhkan, orang lain pasti akan baik juga pada kita. Karena kita disayang sama Allah."
Dan itu benar.
Kejadian hari ini membuktikannya. Aku tidak memamerkan diri bahwa aku adalah orang baik, tidak. Tapi aku ingin sedikit berbagi cerita tentang hari ini, yg mungkin bisa dipelajari oleh kita semua.

Aku sedang sendiri dirumah, karena bapak-ibu yg menjagaku sedang pergi. Ya memang, salahku juga sih. Aku bangun sekitar jam 10, sarapan kue dan kemudian mencuci sepatu-sepatu. Aku memang belum makan siang, dan saat itu adalah jam 1. Aku berniat untuk mengambil uang dan belanja keperluan di Indo/Alfarmart terdekat, dan ternyata terpampang kertas di tempat pengambilan uang daerah Taman Duta, bahwa ATM sedang kosong. Dalam keadaan belum makan dan panas, aku menggoes kembali sepeda yg sedang aku gunakan. Tadinya aku sudah menggunakan motor tapi ternyata, baru melewati beberapa rumah di komplek saja motor ku mati, entah kenapa. Yasudah aku gunakan sepeda. Aku berpikir hanya akan memakan waktu sebentar, ternyata perkiraan ku salah. Mau tidak mau karena butuh, akhirnya aku kembali menggoes ke Giant, Auri.

Sesampainya, aku memang merasa sedikit lemas dan mual. Ya, aku memang punya maag. Dalam antrian yg sewaktu itu lumayan panjang aku sudah merasakan kegelapan, kepala ku pusing, dan aku duduk di anak tangga. Dengan keadaan menahan rasa itu semua, seorang lelaki memberi tahu ku bahwa salah satu ATM di dalam sudah dapat digunakan, kemudian aku masuk. Di dalam, ada 3 buah mesin ATM dan posisi ku ada di pojok kiri. Dengan penglihatan yg sudah setengah gelap, aku berusaha menahan dan memasuki kartu ke dalam mulut mesin, memilih bahasa Indonesia dan kemudian aku terjatuh. Pandangan menjadi sangat gelap. Aku pingsan.

Saat itu, aku masih setengah sadar. Aku masih bisa mendengarkan orang-orang berbicara, mengoleskan ku dengan Vicks dan kemudian menggotongku keluar. Sewaktu di dalam, ada perbincangan ini:

A: Dia sendiri ya? Mau ngambil uang?
B: Iya sendiri, saya ngeliatnya sih sendiri. Kayanya mau ngambil uang

A: Udah dimasukkin apa gimana? Coba di cek!
B: (mengambil kartu ku yg sudah aku masukkan tadi, dan kemudian memberikannya padaku) Maaf yaa mba, ini ATMnya (menyelipkannya diatas jempol ku yg sembari memegang dompet)

C: Itu ATMnya disimpan aja di dalam dompetnya, dompetnya masukkin ke tas!
B: Maaf ya mba, ATMnya saya masukkin dompet. Dompetnya saya masukkin tas
(berbicara padaku)


FYI, aku sedang memegang dompet sewaktu pingsan.
Ya meski pun aku tidak merespon tapi mereka dengan sopannya tetap meminta ijin. Singkat cerita, setelah aku dibawa keluar, beberapa menit kemudian ada yg memberi saran untuk membawaku ke musolah. Entah siapa yg menggendong.
Sampai di musolah, terjadi perbincangan seperti ini:

A: Mbanya buru-buru? Kalau buru-buru enggak apa-apa saya yg nungguin, takutnya mau kerja
B: Enggak kok mba
A: Ini gimana mas, mau ditungguin dulu?
C: Iya tungguin aja dulu sampai ada yg datang
D: Tadi gimana, ada yg mau datang?
A: Iya tadi sih saya udah nelpon, kayanya sih kakaknya, katanya dia udah mau kesini

E: Udah bawa aja ke UGD, dia diperjalanan seberapa lama. Kan pemikiran orang beda-beda, udah bawa aja ke UGD enggak apa-apa saya yg bayar. Telat sedikit ini nyawa bisa ke tolong loh (ini suara seorang wanita, terdengar seperti suara seorang ibu)

Akhirnya pun aku dibawa ke UGD, kebetulan juga disebelah Giant Auri itu ada rumah sakit. Entah siapa yg menggendongku, mereka berjalan. Dan itu lumayan jauh. Sesampainya, mungkin seorang suster menghampiri dan bertanya: "Ini mana keluarganya?"
Dan tiba-tiba wanita tadi menyaut, "Saya, saya keluarganya. Saya tantenya." Dan suster tersebut kembali bertanya, "Siapa namanya bu?," "Nama saya Wati" Jawabnya.
Dan aku pun dibawa ke ruang UGD, diberikan selang oksigen.

Memang ya, Tuhan itu selalu baik padaku.
Orang yg menolong (membantu menelpon secara acak) menghubungi tepat sasaran. Dia menelepon Kak Rendy, ia adalah anak dari sahabat mama ku yg tinggalnya tidak jauh dari rumah ku. Karena Kak Rendy sedang bekerja, ia segera menghubungi Tante Wongso (ibunya). Semua ini diberi kemudahan. Oh ya, dan ketika aku berada di musolah bersama yg lain, mereka pun berbicara seperti ini:

A: Coba cari tau alamatnya
B: Saya enggak berani buka dompetnya

Dan entah gimana, yg ku dengar selanjutnya..
B: Maaf ya mba, dompetnya saya buka. (Dan kemudian dia mencari KTPku, menyebut nama dan alamat kepada yg lain)
C: Oh iya itu deket. Yauda tadi siapa namanya?
B: Melati
D: Yauda nanti kalau ada yg ngaku, tanya dulu siapa nama anaknya ke orang yg datang nanti, takutnya bohong (ini suara dari si ibu tadi)

Entah aku pingsan seberapa lama.
Akhirnya setelah aku dibawa ke UGD dan diberikan selang oksigen, aku tersadar.
Tante dan Om Wongso sudah ada di ruangan itu. Kemudian, beliau menelpon Ibu dan bapak yg dipercayai mama untuk menjaga aku.

Kejadian ini mengharukan, untuk aku.
Aku pingsan dalam keadaan sedang memegang dompet dan kartu ATM yg sudah masuk ke dalam mesin, tetapi orang-orang sekitar menolongku dengan merapikan dan memasukkannya kembali ke dalam tas. Tanpa ada yg hilang satu pun.
Mereka membuka dompetku untuk mencari siapa identitas aku, tanpa mengambil uang di dalamnya.
Mereka menelpon (walau pun secara acak dan entah siapa saja yg sudah ditelpon) untuk menyuruh siapa pun dari keluargaku untuk datang.
Bahkan, ada seorang wanita yg bernama Ibu Wati mengaku-ngaku sebagai tanteku dan rela membayar biayanya (ya kalian ngertikan, tanpa adanya administrasi, rumah sakit biasanya tidak mau menerima). Sayang, aku belum sempat bertemu Ibu itu. Terima kasih ya, Bu.

Perkataan orang tua memang selalu benar.
Kita harus selalu baik pada siapa pun, dimana pun. Jika kita memperlakukan orang lain dengan baik, maka kita akan diperlakukan oleh orang lain dengan hal yg sama, meski pun bukan orang yg dikenal atau mengenal kita.
Mamaku selalu berpesan untuk membalas orang yg telah menyakiti kita dengan kasih sayang, dengan doa yg baik-baik. Biar kan Tuhan menjalankan tugasnya sendiri dan kita sebagai manusia pun menjalankan tugas kita sendiri.

"Walau pun tersakiti atau disakiti, tapi kita harus tetap baik sama mereka. Nanti Allah yg balas, biarin aja. Kita harus bisa kaya mutiara. Jangan dibenci. Kalau kita baik, nanti orang yg menyakiti akan segan. Dan kalau kita baik, pasti Allah akan mendekatkan kita pada orang-orang yg baik." - Mama
Aku merasa, ini adalah bentuk kasih sayang Tuhan untuk ku.
Terimakasih semua yg telah menolong :')




With love,

No comments:

Post a Comment